Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

3 Peran Baru Peserta Didik dalam Pembelajaran Mendalam

 3 Peran Baru Peserta Didik/Siswa/Murid dalam Pembelajaran Mendalam _Saat ini, hubungan pembelajaran yang harmonis mulai muncul antara peserta didik, guru, keluarga, dan masyarakat. Perubahan ini merupakan pertanda baik karena inilah ciri khas dari Pembelajaran Mendalam. 

Kepala sekolah memegang peranan penting dalam menjaga harmonisasi peran-peran ini. Guru tidak lagi hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai mitra dalam proses pembelajaran. 

Hal ini sangat penting karena dampak dari Pembelajaran Mendalam terhadap peserta didik terlihat jelas dalam pengalaman mereka. Ketika banyak peserta didik yang menyatakan bahwa “lebih mudah belajar dari teman sebaya daripada dari guru,” hal ini menunjukkan bahwa interaksi antar peserta didik dapat meningkatkan pemahaman dan keterlibatan mereka. 

Selain itu, peserta didik juga merasakan manfaat dari hubungan dengan orang-orang di luar lingkungan mereka, yang memperluas wawasan dan perspektif mereka. 

Kemitraan pembelajaran, yang digambarkan dalam berbagai ilustrasi, merupakan salah satu dari empat elemen desain kunci dalam Pembelajaran Mendalam. 

Kemitraan ini memiliki potensi signifikan untuk membingkai ulang cara kita memandang pembelajaran dengan menghubungkan peserta didik ke masyarakat di lingkup lokal, nasional, dan global. 

Ketika pembelajaran menjadi lebih relevan dan otentik, peserta didik tidak hanya terkurung dalam dinding kelas, tetapi juga beradaptasi dengan kebutuhan dan minat peserta didik secara lebih organik. 

Fokus baru pada hubungan ini berfungsi sebagai akselerator untuk pembelajaran, tetapi pencapaian ini tidak terjadi secara kebetulan. 

Diperlukan peran baru bagi peserta didik, guru, keluarga, dan komunitas dalam proses pembelajaran, serta kesadaran untuk secara sengaja mendorong hubungan pembelajaran yang baru ini. 

3 Peran Baru untuk peserta didik dalam Pembelajaran Mendalam 

Untuk memaksimalkan proses pembelajaran, peserta didik perlu mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri dan memahami cara mereka belajar. 

Ini bukan hanya tentang menyelesaikan tugas atau mengikuti instruksi guru, tetapi juga tentang mengembangkan keterampilan metakognisi, memberikan dan menerima umpan balik, serta menerapkan agensi peserta didik. 

Dengan memahami proses belajar, peserta didik dapat menjadi lebih aktif dan terlibat dalam pendidikan mereka, yang pada saatnya nanti akan meningkatkan hasil belajar mereka (Fullan, M., Quinn, J., & McEachen, J., 2018). 

3 Peran Baru untuk peserta didik dalam Pembelajaran MendalamGambar 3 Peran Baru untuk peserta didik dalam Pembelajaran Mendalam 
 Sumber: Fullan, M., Quinn, J., & McEachen, J., 2018 

3 Peran Baru untuk peserta didik dalam Pembelajaran Mendalam 

1. Learning to learn 

Learning to learn mendorong peserta didik memiliki kesadaran metakognitif mengenai cara mereka belajar dan menguasai proses pembelajaran itu sendiri. peserta didik mulai mendefinisikan tujuan pembelajaran mereka sendiri dan kriteria keberhasilan yang ingin dicapai. 

Mereka belajar untuk memantau kemajuan mereka, secara kritis mengevaluasi pekerjaan mereka, dan mengintegrasikan umpan balik dari teman sebaya, guru, dan sumber lain. 

Proses ini tidak hanya membantu peserta didik memahami materi pelajaran dengan lebih baik, tetapi juga meningkatkan kesadaran mereka tentang bagaimana mereka berfungsi dalam proses pembelajaran. 

 Umpan balik merupakan elemen penting dalam meningkatkan kinerja peserta didik. 

Ketika peserta didik membuat kemajuan dalam menguasai proses pembelajaran, peran guru secara bertahap beralih dari secara eksplisit menyusun tugas pembelajaran menjadi memberikan umpan balik yang konstruktif, mengaktifkan tantangan pembelajaran berikutnya, dan terus mengembangkan lingkungan belajar yang mendukung. 

Umpan balik yang efektif membantu peserta didik memahami kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan, sehingga mereka dapat terus berkembang dan belajar dengan lebih baik. 

 Agensi peserta didik dan otonomi mulai muncul ketika peserta didik mengambil peran yang lebih aktif dalam mengembangkan tugas pembelajaran dan menilai hasilnya. 

Ini lebih dari sekadar partisipasi; ini melibatkan peserta didik dalam pengambilan keputusan yang nyata dan kesediaan untuk belajar bersama. 

Dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkontribusi dalam proses pembelajaran, mereka merasa lebih terlibat dan memiliki rasa kepemilikan terhadap hasil belajar mereka. 

Hal ini menciptakan lingkungan yang mendorong kolaborasi dan inovasi, di mana peserta didik dapat saling belajar dan tumbuh bersama. 

2. Relationship 

Peran kedua adalah relationship atau hubungan. Ini merupakan pondasi penting bagi semua orang, karena sangat alami jika seseorang selalu berhubungan dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu (Ryan & Deci, 2017). 

Dalam konteks pendidikan, perhatian dan keterhubungan menjadi sangat penting dalam membantu peserta didik berkembang dan memenuhi kebutuhan dasar mereka untuk merasa dihormati dan memiliki rasa kepemilikan. 

Rasa memiliki ini muncul sebagai motivator yang kuat, mendorong peserta didik untuk berkontribusi pada umat manusia, baik di tingkat lokal maupun global.  

Ketika peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan koneksi interpersonal dan wawasan intrapersonal di kelas, mereka dapat bergerak menuju tugas yang semakin kompleks, baik dalam kelompok maupun secara mandiri.  

Proses ini tidak hanya meningkatkan kemampuan akademis mereka, tetapi juga memperkuat keterampilan sosial yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. 

Hal itu membentuk kemampuan mengelola hubungan kolaboratif yang akan bermanfaat sepanjang hidup. 

Jika guru mampu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, maka akan peserta didik belajar bagaimana berkolaborasi dengan orang lain, menyelesaikan konflik, dan membangun kepercayaan. 

Keterampilan ini tidak hanya berlaku di dalam kelas, tetapi juga di dunia kerja dan dalam interaksi sosial sehari-hari. 

Dengan mengasah keterampilan kolaboratif dan metakognisi, peserta didik dipersiapkan untuk menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan. 

3. Aspirations 

Hasil belajar peserta didik dapat dipengaruhi secara signifikan oleh ekspektasi mereka sendiri serta persepsi yang mereka yakini bahwa orang lain miliki terhadap mereka (Tough, 2016; Ryan & Deci, 2017). 

Ekspektasi merupakan faktor kunci yang menentukan kesuksesan, seperti yang dicatat dalam penelitian Hattie (2012). 

Peserta didik harus percaya bahwa mereka dapat mencapai tujuan mereka dan juga merasakan bahwa orang lain percaya pada kemampuan mereka. 

Untuk mencapai kesuksesan, peserta didik perlu terlibat dalam menentukan kriteria keberhasilan dan terlibat dalam mengukur pertumbuhan mereka. 

Keluarga, peserta didik, dan guru dapat bersama-sama membina ekspektasi yang lebih tinggi melalui cara-cara yang disengaja, kadang-kadang hanya dengan mendiskusikan ekspektasi saat ini dan yang ideal serta apa yang mungkin membuatnya dapat dicapai. 

Diskusi ini penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana peserta didik merasa didorong untuk mencapai potensi penuh mereka. 

Kebutuhan dan minat peserta didik merupakan akselerator yang kuat untuk motivasi dan keterlibatan. 

Guru yang mampu memanfaatkan rasa ingin tahu dan minat alami peserta didik dapat menggunakan hal ini sebagai batu loncatan untuk melibatkan peserta didik secara mendalam dalam tugas yang relevan dan autentik, serta mengeksplorasi konsep dan masalah secara mendalam. 

Dengan mengaitkan pembelajaran dengan aspirasi peserta didik, memberikan umpan balik yang kuat, dan membangun minat peserta didik, kita dapat menciptakan kemitraan pembelajaran yang lebih kuat.